Warna dalam motif batik banyak mengacu pada warna yang bisa
memberikan / menimbulkan informasi berbagai rasa bagi si pemakainya dan
yang melihatnya. Warna dasar motif batik klassik Jawa pada awalnya dapat
kita temukan sebagai berikut:
1. Warna coklat. Warna ini dapat membangkitkan rasa kerendahan diri, kesederhanaan dan mem”bumi”, kehangatan, bagi pemakainya. (Lihat foto3)
Parang Penggede. Bunga yang sedang merekah dan kupu besar yang indah, melambangkan “kebesaran” pemilik / pemakainya (foto 3)
Dalam pemakaiannya warna coklat terutama, sering kita temukan dalam motif-motif semen (lihat foto 2). Dalam motif parang, juga digunakan warna coklat. (lihat foto3)
Motif Semen merupakan salah satu motif indah yang sering kali
dipenuhi dengan makna dan arti yang dapat kita temukan dalam Falsafah
Jawa. Suatu motif yang pada saat ini juga hanya dimiliki oleh pemilik
dompet tebal. Hal ini terjadi karena untuk menciptakan motif semen
biasanya memerlukan waktu yang cukup lama. Biasanya motif ini dilukiskan
dua kali, baik dari luar dan maupun dari dalam. Juga pengisian cecek
yang harus dilukiskan satu demi satu. Sehingga pembuatan satu kain
panjang bisa memakan waktu lebih dari 6 bulan.
2. Warna biru tua.
Rasa ketenangan, effekt kelembutan, keichlasan dan rasa kesetiaan
biasanya dapat ditunjukkan melalui pemakaian warna ini. Warna biru
biasanya dapat kita temukan dalam motif batik klassik dari Yogyakarta.
Lihat dalam motif Modang di bawah ini. Sebuah motif yang di sekeliling
kain jariknya dilukiskan bentuk-bentuk parang tuding. Dalam kain panjang
ini didasari dengan warna biru. Di dalamnya diisi dengan motif ganggong
ranthé, sejenis bunga.
Motif Modang dengan isen ganggong ranthe (foto 4)
3. Warna putih,
yang juga muncul dalam motief Yogyakartan, menunjukkan rasa
ketidakbersalahan, kesucian, ketentraman hati dan keberanian serta sifat
pemaaf si pemakainya. (foto 5) .
Membaca tentang makna warna seperti yang tersebut di atas, sangatlah
dapat dimengerti mengapa motif Sido Asih ini dikenakan dalam upacara
pernikahan adat. Menilik dari pemakaian warna putih tersirat harapan
bahwa calon pengantinnya di kemudian hari akan selalu dilimpahi dengan
kasih dan sayang dalam kehidupan berumah tangganya. (foto 5)
Sido Asih / Semen Calo / Gunung Sari latar pethak. (foto 5)
4. Dari warna-warna yang terdapat dalam motif batik juga terdapat warna yang kehitam-hitaman.
Sesungguhnya warna hitam yang dimaksudkan merupakan suatu warna biru
yang sangat tua. Sehingga tampak seperti hitam. Suatu warna yang
seringkali memberikan gambaran yang negative.
Tetapi dalam dunia perbatikan orang mengambil segi positif dari yang
biasanya bermakna negative. Jadi warna hitam dalam batik melambangkan
antara lain suatu kewibawaan, keberanian, kekuatan, ketenangan, percaya
diri dan dominasi.
Dalam motif itu diperlihatkan berbagai jenis binatang, suatu keaneka
ragaman dalam kehidupan yang toch pada akhirnya dapat saling bertenggang
rasa.
Motif batik Alas-alasan latar irengan (foto 6)
Jadi bila seseorang mengenakan motif batik tertentu itu bukan saja
berarti bahwa yang bersangkutan hanya ingin memperlihatkan betapa
indahnya motif batikannya tetapi juga sekaligus ingin dan dapat
memperlihatkan fungsi dan kedudukannya dalam masyarakat yang berlaku.
Juga melalui motif batik yang dikenakannya akan tersirat harapan dan
makna ungkapan perasaannya. Dan dengan mengenakan motif tertentu si
pemakai juga ingin menyampaikan pesan, karena motif-motif tersebut tidak
terlepas dari pandangan hidup pembuatnya/ pemakainya.
Juga dari pemilihan pemberian nama tentang nama motif batik sangat
berkaitan erat dengan suatu harapan dan tujuan hidup dari pembuatnya.
Misalnya: Motif Lintang Trenggono; Motif Gringsing Buketan
Lintang Trenggono (Bintang yang berkilauan, foto 6)
Dalam Motif Lintang Trenggono dilukiskan kehadiran binatang-binatang
malam yang bermunculan seiring dengan gemerlapannya cahaya
bintang-bintang di angkasa raya. Dari si pemakainya diharapkan dapat
menggambarkan betapa puas dan bahagianya (terbebas dari beban berat)
hati si pemakai dalam menikmati kehidupan malam yang penuh dengan
gemerlapannya bintang di angkasa raya. Motif ini biasanya dikenakan
dalam resepsi-resepsi.
Motif Gringsing Buketan (foto 7)
Dalam motif gringsing digambarkan sisik ikan yang menjadi latar
belakang buketan (bouquet), ikatan bunga yang indah. Setiap sisik ikan
dilukiskan dengan warna putih dengan garis pembatas warna soga (coklat)
dan diisi dengan cecek. Si pemakai mengharapkan keindahan, keharuman
dan kebesaran bagaikan bunga dalam motif yang juga disertai dengan
kekayaan yang tak terhitungkan, seperti jumlah sisik ikan yang ada dalam
motif itu.
Dua motif di atas saya memberikan gambaran betapa luasnya makna yang terkandung dalam motif batik klassik Jawa.
wah ternyata makna batik macem2 ya,saya aja yang orang SOLO asli malah kurang tahu sampai sejauh itu,,
BalasHapusnice info..^_^
salam kenal dari EPICENTRUM
mampir dan followback ya,buat namabh teman,maksih..^_^
yo'a
BalasHapus^_^
follow jg pnya q ea.
Wahhh info yang sangat bermanfaat. makasih ya.. :)
BalasHapuslam kenal..
followback juga ya.. matur nuwun. :)
salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
BalasHapusBersabarlah dalam bertindak agar membuahkan hasil yang manis.,.
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.